Aku yang berdiam diri, terpaku pada kesalahan yang sebenarnya tak pernah aku bayangkan akibatnya.
Kini aku hanya berteman sepi dan sunyi. Hari-hari yang ku lewati tak
bahagia lagi. Kau pergi untuk kebahagiaan lain. Kau tinggalkanku
seperti membuang bekas kain. Dirimu yang dulu tlah berubah, tak berdalih
sikap diam mu itu. Aku juga manusia, dan seharusnya kau tau aku
menyayangimu dalam dingin ku. Aku mengingatmu dalam waktu ku. Tapi
mengapa secepat itu kau lupakanku, diriku, dan juga cintaku yang
seutuhnya hanya untukmu. Bintang dan bulan yang menjadi saksi bisu
kekejaman sikapmu malam itu. Kau membuang aku dan cintaku.
" Putri, mungkin kita harus mengakhiri hubungan kita ini " ucapmu tanpa perasaan.
" Tapi mengapa ?? Apa salahku ? ? " tetes air mata yang mulai turun tetes per tetes.
" Hubungan ini hanya menyiksa aku dan dirimu. Hubungan ini
seharusnya tak pernah terjalin. Semuanya hanya kesalahpahaman semata.
Aku mulai merasa bahwa kita memang di takdir kan untuk berpisah. Semakin
hari, rasa cintaku padamu semakin hilang. Walaupun perlahan, tapi aku
bisa merasakannya " ucapmu yang langsung berlari menjauh dari
keberadaanku.
Apa yang kau katakan, Dicky ? ? Kau gila, mengapa kau pergi di saat
rasa cinta ini mulai tumbuh dan hanya menunggu sedikit waktu untuk
berbunga. Kita ditakdirkan untuk bergandengan tangan bukan untuk
melambaikan tangan.
Setelah kejadian itu, aku memutuskan untuk pergi meniti kehidupan
baru di negeri Paman Sam. Meskipun aku tau, rasa kesakitan itu selalu
datang di setiap detak jantungku. Bayang kelam mu pun selalu muncul
dalam benak ku. Tapi, aku juga akan slalu mencoba melupakan semua
tentangmu. Walau ku tau itu sulit, karna kepahitan itu terlalu kuat
untuk aku tepis.
" Hai, aku Patricilla. Panggil saja aku Cilla. Senang berkenalan
denganmu. " suara gadis itu bergentayangan di telingaku. Suara yang ikut
turut andil dalam setiap penderitaanku. Meski aku tau ini bukan
inginnya.
" Aku Putri " jawabku yang begitu polos.
Perkenalan waktu itu membawaku kembali dalam kurang kehancuran.
Setelah mengenal Cilla 2 tahun, aku kembali ke Negeri asalku Indonesia,
bersama Cilla yang juga warga Indonesia.
Tak lama berselang, Cilla mengenal kan ku pada keluarganya, dan
puncak kekecewaan ku, adalah saat Cilla mengenal kan ku pada calon
suaminya.
" Hai, sayang. Udah lama nunggu " sapa Cilla pada seorang lelaki yang aku yakini sebagai calon suaminya itu.
" Tidak. Untukmu, menunggu setahun saja aku mau. Hahaha " canda lelaki itu yang keadaannya membelakangiku.
" Perkenalkan ini temanku, sayang. Namanya Putri " ucap Cilla,
seiring gerakkan kepalaku yang tegak, mata ketegaran yang selama ini
menjadi topengku terasa luluh. Hanya bulir-bulir kecil tetesan air yang
sadar akan lemahnya diriku.
" Putri ! " pekiknya kaget tak percaya.
Mulutku terkunci, tak berani berkata sedikitpun. Tak berani memandang matanya, mata yang teduh.
" Kenapa Dicky, sayang. Kau mengenal Putri ? ? " tanya Cilla yang tak tau apa-apa .
Tak dapat berpikir, aku mencoba berlari menghindar. Sedangkan Dicky
dan Cilla, dengan bodohnya mengejarku. Aku sampai di tepi jalan raya
bersama Dicky dan Cilla.
" Maafkan aku, Putri " ucapnya lembut, membuatku terbang. Tapi aku segera tersadar, itu hanya bualan yang biasa ia lakukan.
" Kau jahat, Dick. Jadi kau meninggalkan ku dan secepat itu kau
mendapatkan seorang penggantiku !! " ucapku yang berusaha mengubur
kembali kenangan masa lalu itu.
" Aku tak punya pilihan lain, kau juga sudah mengkhianati ku. Kau
bermain api di belakangku dengan Ilham, sahabatku sendiri " ucapnya yang
dengan kepercayaan diri yang tinggi.
#PLAKK
tanpa aba-aba, ku daratkan tujuan tanganku dipipi Dicky.
" Kau pikir aku apa ? Ilham itu sahabatku bukan kekasihku ! " ucapku
sekeras mungkin, ntah apa yang sedang di pikirkan Cilla dengan semua
kejadian ini.
" Apa yang kau lakukan, di perpustakaan bersama Ilham, berpelukan,
bermesraan dan bertangisan berdua " ujarnya sepenuh hati bernafsu
memarahiku.
" Ilham hanya memintaku untuk menjagamu. Kau tau dia itu menderita
kanker otak, Ilham hanya berpamitan padaku untuk ke Singapura
menjalankan operasi dan Ilham tidak mau membuatmu ikut sedih karna
penyakitnya. Ilham berencana untuk memberitahu mu, setelah ia
menjalankan operasi itu, Ilham sangat yakin bahwa ia akan sembuh. Tapi
takdir berkata lain, selepas keputusanmu itu untuk meninggalkanku, Ilham
meninggal. " jelasku yang mengiringinya dengan tangisan.
" Jadi . . . " ucapannya menggantung, tak mampu di teruskan nya.
Hujan turun mengguyur tubuh kami bertiga. Karna keadaan jalan yang
licin, Dicky tak sengaja terpeleset kearah tengah jalan. Bersama itu
juga, sebuah truk beras datang dari arah kanan, kecelakaan tak ter
elakkan. Darah berceceran disisi jalan. Supir truk kabur meninggalkan
aku bersama Dicky yang menangisi tindakan konyol Cilla. Ia memilih untuk
menyelamatkan Dicky dan tewas karna cintanya.
Berbulan-bulan kemudian. Di gundukan tanah ini, aku berjanji pada
Cilla dan Ilham bahwa aku tak kan mengecewakan mereka begitu juga Dicky.
Akhirnya semua kembali seperti dulu. Kebahagian akan berpihak pada
kesalahan yang telah di takdirkan untuk berubah menjadi kebenaran yang
memang harus di ungkapkan.
Semuanya berjalan, bagai roda yang terus berputar, banyak penghambat yang menjadikan kita semakin kuat.
Semua kesalahan belum tentu menjadi duka, semua kebenaran juga belum tentu menjadi suka.
Dimana pun kita berlabuh, rintangan pasti datang. Kebahagiaan tak kan datang dengan sendirinya.
Begitu juga dengan kesedihan yang tak dapat di tolak.
Yakinlah dengan kuasa Tuhan yang telah menetapkan segala keputusan yang memang terbaik untuk kita
====== END ======
Jumat, 24 Februari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar