Pages

Subscribe:

Jumat, 24 Februari 2012

Kebahagiaan Cinta ( Cerpen )

Aku yang berdiam diri, terpaku pada kesalahan yang sebenarnya tak pernah aku bayangkan akibatnya.
Kini aku hanya berteman sepi dan sunyi. Hari-hari yang ku lewati tak bahagia lagi. Kau pergi untuk kebahagiaan lain. Kau tinggalkanku seperti membuang bekas kain. Dirimu yang dulu tlah berubah, tak berdalih sikap diam mu itu. Aku juga manusia, dan seharusnya kau tau aku menyayangimu dalam dingin ku. Aku mengingatmu dalam waktu ku. Tapi mengapa secepat itu kau lupakanku, diriku, dan juga cintaku yang seutuhnya hanya untukmu. Bintang dan bulan yang menjadi saksi bisu kekejaman sikapmu malam itu. Kau membuang aku dan cintaku.
" Putri, mungkin kita harus mengakhiri hubungan kita ini " ucapmu tanpa perasaan.
" Tapi mengapa ?? Apa salahku ? ? " tetes air mata yang mulai turun tetes per tetes.
" Hubungan ini hanya menyiksa aku dan dirimu. Hubungan ini seharusnya tak pernah terjalin. Semuanya hanya kesalahpahaman semata. Aku mulai merasa bahwa kita memang di takdir kan untuk berpisah. Semakin hari, rasa cintaku padamu semakin hilang. Walaupun perlahan, tapi aku bisa merasakannya " ucapmu yang langsung berlari menjauh dari keberadaanku.
Apa yang kau katakan, Dicky ? ? Kau gila, mengapa kau pergi di saat rasa cinta ini mulai tumbuh dan hanya menunggu sedikit waktu untuk berbunga. Kita ditakdirkan untuk bergandengan tangan bukan untuk melambaikan tangan.

Setelah kejadian itu, aku memutuskan untuk pergi meniti kehidupan baru di negeri Paman Sam. Meskipun aku tau, rasa kesakitan itu selalu datang di setiap detak jantungku. Bayang kelam mu pun selalu muncul dalam benak ku. Tapi, aku juga akan slalu mencoba melupakan semua tentangmu. Walau ku tau itu sulit, karna kepahitan itu terlalu kuat untuk aku tepis.

" Hai, aku Patricilla. Panggil saja aku Cilla. Senang berkenalan denganmu. " suara gadis itu bergentayangan di telingaku. Suara yang ikut turut andil dalam setiap penderitaanku. Meski aku tau ini bukan inginnya.
" Aku Putri " jawabku yang begitu polos.
Perkenalan waktu itu membawaku kembali dalam kurang kehancuran. Setelah mengenal Cilla 2 tahun, aku kembali ke Negeri asalku Indonesia, bersama Cilla yang juga warga Indonesia.
Tak lama berselang, Cilla mengenal kan ku pada keluarganya, dan puncak kekecewaan ku, adalah saat Cilla mengenal kan ku pada calon suaminya.
" Hai, sayang. Udah lama nunggu " sapa Cilla pada seorang lelaki yang aku yakini sebagai calon suaminya itu.
" Tidak. Untukmu, menunggu setahun saja aku mau. Hahaha " canda lelaki itu yang keadaannya membelakangiku.
" Perkenalkan ini temanku, sayang. Namanya Putri " ucap Cilla, seiring gerakkan kepalaku yang tegak, mata ketegaran yang selama ini menjadi topengku terasa luluh. Hanya bulir-bulir kecil tetesan air yang sadar akan lemahnya diriku.
" Putri ! " pekiknya kaget tak percaya.
Mulutku terkunci, tak berani berkata sedikitpun. Tak berani memandang matanya, mata yang teduh.
" Kenapa Dicky, sayang. Kau mengenal Putri ? ? " tanya Cilla yang tak tau apa-apa .
Tak dapat berpikir, aku mencoba berlari menghindar. Sedangkan Dicky dan Cilla, dengan bodohnya mengejarku. Aku sampai di tepi jalan raya bersama Dicky dan Cilla.
" Maafkan aku, Putri " ucapnya lembut, membuatku terbang. Tapi aku segera tersadar, itu hanya bualan yang biasa ia lakukan.
" Kau jahat, Dick. Jadi kau meninggalkan ku dan secepat itu kau mendapatkan seorang penggantiku !! " ucapku yang berusaha mengubur kembali kenangan masa lalu itu.
" Aku tak punya pilihan lain, kau juga sudah mengkhianati ku. Kau bermain api di belakangku dengan Ilham, sahabatku sendiri " ucapnya yang dengan kepercayaan diri yang tinggi.
#PLAKK
tanpa aba-aba, ku daratkan tujuan tanganku dipipi Dicky.
" Kau pikir aku apa ? Ilham itu sahabatku bukan kekasihku ! " ucapku sekeras mungkin, ntah apa yang sedang di pikirkan Cilla dengan semua kejadian ini.
" Apa yang kau lakukan, di perpustakaan bersama Ilham, berpelukan, bermesraan dan bertangisan berdua " ujarnya sepenuh hati bernafsu memarahiku.
" Ilham hanya memintaku untuk menjagamu. Kau tau dia itu menderita kanker otak, Ilham hanya berpamitan padaku untuk ke Singapura menjalankan operasi dan Ilham tidak mau membuatmu ikut sedih karna penyakitnya. Ilham berencana untuk memberitahu mu, setelah ia menjalankan operasi itu, Ilham sangat yakin bahwa ia akan sembuh. Tapi takdir berkata lain, selepas keputusanmu itu untuk meninggalkanku, Ilham meninggal. " jelasku yang mengiringinya dengan tangisan.
" Jadi . . . " ucapannya menggantung, tak mampu di teruskan nya. Hujan turun mengguyur tubuh kami bertiga. Karna keadaan jalan yang licin, Dicky tak sengaja terpeleset kearah tengah jalan. Bersama itu juga, sebuah truk beras datang dari arah kanan, kecelakaan tak ter elakkan. Darah berceceran disisi jalan. Supir truk kabur meninggalkan aku bersama Dicky yang menangisi tindakan konyol Cilla. Ia memilih untuk menyelamatkan Dicky dan tewas karna cintanya.


Berbulan-bulan kemudian. Di gundukan tanah ini, aku berjanji pada Cilla dan Ilham bahwa aku tak kan mengecewakan mereka begitu juga Dicky. Akhirnya semua kembali seperti dulu. Kebahagian akan berpihak pada kesalahan yang telah di takdirkan untuk berubah menjadi kebenaran yang memang harus di ungkapkan.
Semuanya berjalan, bagai roda yang terus berputar, banyak penghambat yang menjadikan kita semakin kuat.
Semua kesalahan belum tentu menjadi duka, semua kebenaran juga belum tentu menjadi suka.
Dimana pun kita berlabuh, rintangan pasti datang. Kebahagiaan tak kan datang dengan sendirinya.
Begitu juga dengan kesedihan yang tak dapat di tolak.
Yakinlah dengan kuasa Tuhan yang telah menetapkan segala keputusan yang memang terbaik untuk kita

====== END ======






Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Blogger news

Blogger templates