Pages

Subscribe:

Jumat, 27 April 2012

Saat Takdir Tak Dapat Berubah (CERPEN)


Tuhan
Jangan biarkan aku sendiri
Jangan biarkan aku menanti
Diatas kerasnya hidup
Yang membuatku semakin takut

Tuhan
Aku telah mencoba untuk tepis rasa itu
Rasa yang hanya dapat kurasakan
Pelan dan dalam menusuk aku dalam kesendirian
Menggerogoti otak dan pikiranku

Tuhan
Tak kan aku sesali semua ini
Yang terjadi dalam hidupku
Aku berharap dapat jalani
Meski ku tau aku tak mampu



Sepuluh tahun yang lalu, datang seorang  wanita paruh baya . Raut wajah penuh ketakutan dan penderitaan. Ia menggendong seorang bayi yang masih merah. Wanita itu berhenti di sebuah rumah yang terlihat asri dan nyaman. Segera ia letakkan bayi yang ia bawa bersamakan sepucuk surat tersisip di samping bayi. Sempat di kecupnya kening bayi itu dan dengan perasaan hancur wanita itu pergi meninggalkan sang bayi yang menangis .

Di suatu pagi yang hangat, seorang gadis remaja  tampak bersiap-siap untuk pergi kesekolahnya. Dengan pakaian seragamnya yang rapi, gadis itu terlihat sangat cantik dan manis.

“ Pagi Ayah “ sapa gadis itu lembut dan terduduk di sebuah kursi makan yang elegan
“ Pagi, Nadya “ jawab seorang laki-laki yang di sebut Ayah dari gadis itu
" Kak Dicky kemana, Pa ? " tanya Nadya 
" Dia kan ketua OSIS, pagi-pagi tadi udah berangkat kesekolah " ujar Ayahnya
“ Oooh, Hari ini aku pergi nya diantar Ayah yah !  “ ucap gadis itu manja
“ Baiklah, kalau begitu ayo kita segera berangkat ! “ ucap Ayah Nadya




Sekitar 10 menit berlalu, Nadya dan Ayahnya pun sampai di depan SMP 5 MASHIN. 
" Sudah sampai, sekarang kamu masuk. Nanti terlambat, ayah tak mau anak ayah yang manis ini di hukum " Ucap Ayah Nadya sambil diiringi tawa
" Siip, Ayah " ucap Nadya berlalu tak lupa ia mencium pipi Ayahnya 
" Nanti pulang sekolah Ayah jemput. Belajar yang rajin " ucap Ayahnya yang sekarang masih memandangi anak perempuannya itu yang mulai hilang dari pandangannya.



*******


Nadya masih terus berlari kecil menuju kelasnya.Sebelum kaki kanannya menginjak ruang kelas, sebuah tangan menarik lengannya dengan kasar.
" Dea, lepasin " ucap Nadya kesakitan
" Lo diem " bentak Dea kasar
" Lengan aku sakit, Dea " ucap Nadya memohon
" Hati gue lebih sakit " ujar Dea 

Tak berapa lama berselang, mereka berdua sampai di koridor sekolah yang mana di tempat itu banyak siswa yang sedang berkumpul. 
" Teman-teman, maaf menunggu lama. Gue sengaja ngumpulin kalian semua disini buat ngasih tau sesuatu yang WOW banget " ungkap Dea 
" Memangnya apa yang mau lo kasih tau sama kita-kita ! " desak Dicky 
" Gue mau ngasih tau, kalo NADYA ini sebenarnya bukan adik kandung lo " ceplos Dea
" Ngawur lo, fitnah aja kerjaannya " tepis Dicky
" Gue punya buktinya, Dick. Dan masih ada satu berita yang gak kalah penting lagi. Gue itu yang sebenarnya adalah adik lo " ceplos Dea yang membuat seluruh siswa yang berkumpul di koridor itu melongo 
" Lo gak usah ngaku-ngaku deh. Adik kandung gue cuma satu dan itu NADYA. Kalo lo cuma mau buat gosip yang murahan, gue gak kan pernah peduli. NGERTI ! " tegas Dicky sambil menarik lengan Nadya lembut
" Eistt, Stop ! Tunggu dulu. Lo belum liat bukti yang gue punya, bukti ini sangat akurat. Dan gue rasa lo gak bisa ngelak lagi dari yang sebenarnya " ucap Dea sambil menyerahkan beberapa kertas-kertas penting yakni Akte kelahiran Nadya, surat pernikahan Ayah Dicky dengan Mamanya Dea, dan hasil tes DNA. 
Semua bukti mengatakan bahwa Nadya memang bukan adik kandung Dicky !

Perlahan cairan bening mulai keluar dari pelupuk mata Dicky, tapi masih sanggup di tahannya. Biarlah hatinya saja yang tau ia kecewa, diluar dugaan adik yang selama ini ia sayangi ternyata bukan adik kandungnya sendiri.

" Bagaimana, Kak Dicky ? " tanya Dea dengan nada mengejek
" Nadya tetap adik gue dan sampe kapanpun dia tetap adik gue " ucap Dicky dan pergi berlalu

Semua kertas-kertas bukti itu berjatuhan dilantai, dan banyak pasang mata bebas menjelajahi satu persatu tulisan yang ada di kertas itu, tak terkecuali Nadya. Ia hanya bisa menangis dan ikut berlalu menuju kelasnya. Senyum sinis bahagia Dea tersungging di bibirnya. Ia puas, bahkan puas sekali melihat Nadya menderita. Berkat bantuan dari mamanya ia berhasil menjalankan rencana pertamanya. Dan lanjut ke rencana kedua, ia akan kembali pada sang ayah kandungnya yakni Ayah Dicky bersama mamanya. Ia akan mendepak keluar Nadya dari rumahnya, karna yang ada di pikirannya Nadya adalah anak pungut yang miskin dan tidak pantas menikmati kekayaan Ayah nya.


Tuhan
Kenapa kau takdirkan aku seperti ini
Kenapa tak kau rubah takdirku
Haruskah aku tetap berdiri 
Haruskah aku pergi

Tuhan 
Bahagiaku hanya sesaat
Senangku hanya sesaat
Tapi mengapa sedihku berkepanjangan
Tapi mengapa penderitaanku berkelanjutan

Tuhan 
Tak puaskah kau melihatku hancur
Tak puaskah kau melihatku remuk
Aku ingin hidup ku yang dulu
Aku ingin hidupku yang damai

Tuhan
Aku tak ingin menangis
Aku tak ingin jauh dari mereka
Tak ingin jauh dari mereka yang menyayangiku
Mereka yang menyayangiku sepenuh hati

Tuhan
Bebaskan aku dari derita ini
Bebaskan aku dari kekecewaan ini
Aku hancur dalam kesakitan
Aku ambruk dalam kepedihan

Karna merasa tak menemukan ketenangan dikelasnya, Nadya berlari menuju taman sekolahnya.
Nadya  menangis dibawah pohon yang sejuk melindunginya, ia masih teringat semua kata-kata Dokter yang seminggu lalu  mengatakan bahwa ia menderita leukimia. Dan sekarang ia juga masih mengingat pernyataan dari Dea. Derita beruntun datang padanya, tanpa meminta izin . Sesungguhnya ia masih belum siap menerima kenyataan ini. Ia cukup terpukul dengan penyakit yang dideritanya. Dan sekarang ia juga belum siap menerima kenyataan bahwa ia bukan anak kandung dari Ayahnya. Ayah yang selama ini merawat dan menjaga nya hingga seperti sekarang ini. Ia tak sanggup harus kehilangan Ayahnya dan Kakaknya.
Setelah merasa puas menangis, ia kembali kekelas dan segera mengambil tas untuk bersiap pulang lebih awal, ia merasa tak enak badan. 
Tatapan matanya kembali bertemu dengan mata Dea, yang duduk manis di meja pojok bagian belakang. Senyum mengejek tersungging di bibiir manisnya. Serta cacian yang ia umpatkan khusus teruntuk Nadya. 
Tapi, Nadya tak menggubrisnya. Nadya masih saja berkutat pada buku-buku dimejanya yang akan di bereskannya. Setelah selesai, Nadya melangkah pergi tapi lagi-lagi langkah kakinya tertahan. Lengannya di cengkram kuat dari Dea. 
" Mau kemana lo ? " tanya Dea penuh ambisi
" Aku mau pulang, aku ngerasa gak enak badan " ucap Nadya lemas
" Lo bohong kan ! Sebenarnya lo itu mau ngadu sama Papa kan ? Lo lupa yah, kalo yang selama ini lo panggil Ayah itu bukan Bokap kandung lo " terang Dea
Tapi bukannya menjawab, Nadya malah terdiam lemas. Ia merasa cairan merah mengalir di hidungnya. Lengannya pun terasa sakit sekali. Dea mulai menyadari apa yang terjadi dengan Nadya, rasa iba mulai merasuk ke jiwanya. Sesegera mungkin ia membawa Nadya ke UKS, tanpa sepengetahuan seoarang siswa pun. Karna sedari tadi, yang ada di kelas hanya Dea dan Nadya, sedangkan siswa yang lain berada di perpustakaan. 



******



2 jam Dea duduk gelisah menunggui, Nadya sadar dari pingsannya. Perlahan tangan Nadya bergerak pelan, dan matanya yang sayu pun mulai membuka. 
" Dea " ucap Nadya
" Emm ee emm, lo gak kenapa-kenapa kan ? " tanya Dea khawatir
" Aku baik-baik aja kok " ucap Nadya tersenyum
" Tapi, tadi kok lo tiba-tiba mimisan dan pingsan segala sih. Ngerepotin gue tau gak ! " ucap Dea yang mulaii kembali pada sifatnya yang semula
" Maaf yah kalo aku ngerepotin kamu, dan sebelumnya aku ngucapin terimakasih ya atas bantuanmu " ucap Nadya
" Lo sakit apa sih ? " tanya Dea yang penasaran
" Aku cuma kecapekan aja kok " ucap Nadya berusaha berbohong
" Kok aneh ya, gue ngerasa ada yang lo sembunyi in dari gue " ungkap Dea
" Kan aku tadi udah bilang, kalo aku cuma kecapekan aja " ucap Nadya meyakinkan
" Lo jangan bohong sama gue, jujur aja. Atau lo mau gue panggil Kak Dicky dan kasih tau keadaan lo sekarang. Gue akan buat dia cemas serta khawatir gara-gara lo " ucap Dea
" Jangan, Dea. Aku gak mau kak Dicky khawatir. Kamu tau kan hari ini kak Dicky ada rapat OSIS " ucap Nadya memohon
" Kalu begitu, sekarang ceritakan yang sebenarnya " perintah Dea
" A a aku sebenarnya menderita leukimia " ceplos Nadya
" What ? Lo gak bercanda kan ? " tanya Dea memastikan
" Pliss, kamu jangan bilang siapa-siapa yah tentang penyakitku ini. Apalagi sampai Ayah dan Kak Dicky tau " mohon Nadya
" Kasian amat sih hidup Nadya. Gue jadi ngerasa bersalah " batin Dea
" Dea, aku mohon jangan bilang siapa-siapa yah ? " pinta Nadya
" Oke, gue gak kan bilang siapa-siapa. Tapi ingat lo harus jaga kesehatan lo " ucap Dea 
" Makasih, Dea " ucap Nadya berusaha tersenyum



Bel pulang pun berbunyi, Nadya dan Dea terlihat berjalan bersamaa di koridor sekolah. Semua siswi yang menyaksikan pembuktian Dea pagi hari tadi, hanya dapat tercengang melihat kedekatan Nadya dan Dea. Perasaan  iba, kasihan,simpati, dan rasa bersalah menjadi satu dan mendorong Dea untuk berbaik hati kepada Nadya.


Terlihat dari dekat, mobil Silver milik ayah Dea dan Nadya sudah terparkir menunggu. Tapi karna tak sabar Sang Ayah pun keluar dari mobil dan menyebrang jalan menuju gerbang sekolah . Sebelum sampai di tempat tujuan, dimana sang Ayah berada di tengah jalan, sebuah mobil sedan berwarna hitam melintas cepat. Nadya berusaha menolong Ayahnya yang akan tertabrak, dengan sisa kekuatan ia berlari dan mendorong sang Ayah ke pinggir jalan. 



********


" Jadi Nadya menderita Leukimia, Dok ? " tanya sang Ayah tak percaya
" Menurut hasil yang kami terima, anak bapak Nadya memang menderita leukimia " ucap Dokter


Bersamaan itu Dicky dan Dea datang dan memeluk sang Ayah, mereka bertangisan bersama. Menceritakan sebenarnya yang terjadi tadi pagi. Sang Ayah sedikit kecewa karna tak memberitahukan ini dari awal, Nadya memang anak yang dititipkan dari seorang wanita di depan rumah nya. Sedangkan Dicky, ia terlahir dari seorang wanita yakni istri Sang Ayah, tetapi saat ibu Dicky tau bahwa Suaminya mempunyai wanita simpanan lain yaitu ibunya Dea, Ibu Dicky pun terkena serangan jantung dan meninggal dunia. Sedangkan Dicky dan Ayah nya pindah keluar kota. Dan dikota barulah,Ayahnya menemukan Nadya yang berada di depan rumah nya di tinggalkan ibunya. Karna tak tega, Ayah pun mengangkat dan merawat Nadya seperti anak sendiri. 
Mendengar cerita dari Sang Ayah, Dicky dan Dea pun menangis dan kembali memeluk Sang Ayah.

Tak lama kemudian, Dokter datang dan mengabarkan bahwa Nadya telah meninggal dunia 2 menit yang lalu. Sesaat keadaan pun hening dan tetes air mata mulai berjatuhan dari pelupuk mata.


Pagi itu semua orang masih di selubungi suasana berduka cita, semuanya menangis melihat jasad Nadya yang mulai tertimbun dengan tanah. Airmata pun tak berhenti keluar dari mata Sang Ayah. Menyesal, yah Sang Ayah memang menyesal karna semuanya berawal dari Nadya yang menyelamatkan Ayahnya dari tabrakan itu. 
Kini hanya tinggal kenangan, semua kisah tertumpuk dihati dan pikiran mereka bertiga. Sedih rasanya kehilangan, tapi mungkin ini lah hidup dan inilah takdir yang harus di jalani.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Blogger news

Blogger templates